Sabtu, 04 Mei 2013

Promosi Kesehatan pada bayi,balita dan remaja













                                                                           BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
DEPARTEMEN  Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun. Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI). Berdasarkan survei lainnya, yaitu Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian bayi (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pascakelahirannya. Beberapa data juga menyebutkan bahwa remaja negeri tidak terlepas dari pergaulan yang membuat generasi semakin terpuruk.
Berbagai penyakit menular seksual,maraknya pemakaian Narkoba merupakan pemicu utama yang harus benar-benar menjadi perhatian pemerintah.Dalam hal ini tenaga kesehatan titik utama sebagai pemberi informasi yang merupakan perantara dari pemerintah,juga diperlukan upaya dari semua pihak baik pemerintah, tenaga kesehatan terutama Bidan dalam berbagai aspek asuhan, serta promosi kesehatan guna pemberdayaan masyarakat yang peduli akan kesehatan individu dan keluarga. Untuk lebih jelasnya akan kami bahas pada Bab II Pembahasan.
B.Rumusan masalah
1.      Apa pengertian Promosi Kesehatan ?
2.      Bagaimanan Promosi Kesehatan pada bayi ?
3.      Bagaimana Promosi kesehatan pada anak ?
4.      Bagaimana Promosi Kesehatan pada remaja ?
C.    TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian Promosi Kesehatan
2.      Mengetahui Promosi Kesehatan pada bayi
3.      Mengetahui promosi kesehatan pada anak
4.      Mengetahui promosi kesehatan pada remaja
BAB II
ISI
1.1              Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan kontrol dan mengembangkan kesehatan mereka.
Promosi kesehatan (Pender, 1996) adalah pemberian motivasi untuk meningkatkan kesehatan individu dan mewujudkan potensi kesehatan individu.
Sedangkan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka sendiri. Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan pada klien sebagai pusat dalam pemberian pelayanan dan membantu mereka untuk membuat pilihan dan keputusan.
Istilah “promosi kesehatan” merupakan suatu payung dan digunakan untuk menggambarkan suatu rentang aktivitas yang mencakup pendidikan kesehatan dan pencegahan penyakit (Gillies)
. Ada tiga tingkatan dari pendidikan kesehatan menurut Gillies:
1. Primary Health education, tujuannya tidak hanya mencegah perubahan kesehatan tetapi juga meningkatkan kualitas kesehatan, dengan demikian kualitas hidup, nutrisi, kontrasepsi dan hubungan seksual secara aman, dan pencegahan kecelakaan dengan menggunakan  helm.
2. Secondary health education, tujuannya adalah untuk membantu individu dengan masalah kesehatan yang reversible untuk menyesuaikan dengan gaya hidupnya, contohnya berhenti merokok,merubah kebiasaan makan dan olahraga.
3.  Tertiary health education, tujuannya untuk membantu individu yang sakit dan tidak sembuh total sehingga mereka dapat melewati hidup dengan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Promosi kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan),
preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif.

1.2 Promosi Kesehatan Bidan Pada bayi
     Bayi yaitu yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup . Menyadari kondisi tersebut, Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan “Making Pregnancy Safer (MPS)” melalui tiga pesan kunci. Demikian penegasan Menkes Dr. Achmad Sujudi pada pembukaan Seminar Pendekatan dan Praktik Terbaik Kesehatan Maternal dan Neonatal di Jakarta tanggal 10 Mei 2004.
Beberapa promosi yang dilakukan dalam menangani bayi baru lahir :
1.      Dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
  1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya.
  2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :
a.    Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
b.  Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah  umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya
c.       Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :
1.      Posisi berbaring miring     
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.

2.      Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan pada/ sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk di kursi.
3.      Posisi ibu tidur telentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu.Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara lain:
a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
b) Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.
c) Areola tidak akan tampak jelas;
d) Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya;
e) Bayi terlihat senang dan tenang;
f) Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.
d. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi maupun medis
1.      .Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
2.      Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Sehingga bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.
3.      Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri.
4.      Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
5.      Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.
6.      Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar.
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya
f.     Memberikan kolustrum dan ASI saja.
ASI dan kolustrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
g.    Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi bingung puting dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.
2. . Mempromosikan vaksinasi
Imunisasi adalah usaha memberikan  kekebalan  pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tetentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang  pembentukkan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan ataupun peroral . Tujuan Imunisasi adalah agar  tumbuh  kembang  terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1.      Terdapat tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi
  1. Potensi anti gen yang disuntikan.
  2. Waktu antara pemberian imunisasi
Contoh imunisasi melalui suntikan seperti :
a, Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah penyakit TBC yang berat, imunisasi ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberiannya 1 kali pada umur 0-11 bulan namun pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Cara pemberiannya melalui intradermal dengan dosis 0,05 cc. Efek sampingnya dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi Limfadenitis regional dan reaksi panas.
b. Imunisasi DPT ( Diphteri,Pertusis, dan tetanus)
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit Dipteri. Merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, akan tetapi masih dapat merangsang pembentukkan zat anti ( toksoid). Frekuensi pemberian yaitu 3 kali dengan maksud pemberian pertama tahap pengenalan terhadap vaksin untuk mengaktifkan organ tubuh membuat zat aktif, pemberian kedua dan ketiga dimaksudkan untuk terbentuknya zat aktif yang cukup. Waktu pemberian antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara Pemberian melalui intramuscular dengan dosis 0,5 cc. Efek samping yang ringan pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan serta demam. Efek samping berat menangis hebat kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, kejang, ensephalopati, dan shock.
c.Imunisasi campak
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. vaksin ini mengandung virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian 1x. waktu pemberian pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian melalui subcutan dengan dosis 0,5 cc efek samping terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.
d. Hepatitis B
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Vaksin ini mengandung HbsAG dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian 3x. waktu pemberian umur 0-11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian intramuscular dengan dosis 0,5 cc.
e. Imunisasi MMR (measles,Mumps, dan rubella)
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit campak (measles) gondong, parotis epidemika (mumps) dan rubella (campak jerman). Antigen yang dipakai adalah virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA27/3 dan virus gondong tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interverensi dengan antibody maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan boster dapat dil;akukan MMR pada usia 15-18 bulan.
f. Imunisasi tiphus abdominalis
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit tifus abdominalis. Di Indonesia terdapat 3 jenis vaksin tifus abdominalis diantaranya:
  1. kuman yang dimatikan, diberikan untuk bayi 6-12 bulan dengan dosis 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, 2-12 tahun diberikan sebanyak 2x dengan interval 4 minggu.
  2. kuman yang dilemahkan (vivotif, berna), dapat diberikan dalam bentuk kapsul enteric coated sebelum makan pada hari ke-1, 2 dan 5 pada anak usia 6 tahun
  3. antigen kapsular Vi polysaccaharide (Typhim Vi, Pasteur Meriux) diberikan pada usia 2 tahun dan dapat diulang tiap 2 tahun.
g. Imunisasi varicella
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah penyakit varicella (cacar air) vaksin ini mengandung virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan, pemberiannya tunggal pada usia 12 tahun didaerah tropic dan bila usia 13 tahun dapat diberikan 2x suntikan interval 4-8 minggu.
h. Imunisasi hepatitis A
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. diberikan pada usia 2 tahun untuk pemberian awal menggunakan vaksin havrix (isinya virus hepatitis A strain M75 yang inactivated aktif) dengan 2 suntikan interval 4 minggu dan boster 6 bulan kemudian.
i. Imunisasi HiB ( Haemophilus Influenzae Tipe B)
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B.  mengandung vaksin berbentuk polisakarida murdi (PRP: purified capsular polysaccharide) kuman H. influenza tipe B antigen dalam vaksiun tersebut dapat dikonjugasi dengan protein lain seperti toxoid tetanus (PRP-T), toxoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman monongococus (PRP-OMPC) pemberian awal PRP-T dilakukan 3x suntikan interval 2 bulan. Suntikan PRP-OMPC dilakukan 2x suntikan interval 2 bulan kemudian bosternya diberikan pada usia 18 bulan.
j. Imunisasi polio
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kemlumpuhan pada anak kandungan vaksinnya virus yang dilemahkan frekuensi pemberian 4x waktunya pada umur 0-11 bulan dengan interval 4 minggu cara pemberian melalui oral. Di Negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana yang telah ditentukan oleh WHO yaitu BCG, DPT, Campak , polio dan ditambah lagi dengan imunisasi hepatitis B.
3.Perawatan tali pusat
Langkah-langkah perawatan pusat bayi adalah :
1.
Bersihkan area pusar dengan bola kapas lembut yang telah dicelupkan air matang. Lakukan dengan lembut, tidak perlu menggosok atau mendorong pusar. Kemudian keringkan dengan handuk lembut.
2.
Ganti pembalut pusar bayi dengan kain kasa baru. Tidak perlu panik melihat tetesan darah yang kemudian menghitam, terutama di minggu pertamanya. Pada saat ini, pusar bayi yang baru lahir biasanya masih tampak seperti luka.
3.
Kenakan popok dengan cara melipat bagian atasnya menjauhi pusar untuk menghindari rembesan urin mengenai pusar.
Beberapa hal yang perlu diingat saat merawat pusar bayi, antara lain :
1
Jaga kebersihan area pusar dan sekitarnya, serta upayakan selalu dalam keadaan kering.
2
Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
3
Agar tali pusar lebih cepat lepas, gunakan kain kasa pada bagian pusar yang terus dibalut sehingga mendapat udara cukup.
4
Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin.
5
Agar praktis, kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang longgar.
6
Lakukan acara bersih-bersih ini 1-2 kali sehari.
Jika kulit di area sekitar pusar si kecil memerah dan panas seperti terbakar, segera kunjungi dokter. Bisa jadi ada infeksi yang disebabkan jamur atau al lain. Kalau penyebabnya memang benar-benar infeksi, biasanya akan diberi sedikit betadine.
1.3 Promosi Kesehatan pada Anak Balita
        Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan.  Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya.
Lingkup promosi kesehatan terhadap anak balita meliputi ASI, gizi /nutrisi, pertumbuhan, perkembangan, interaksi dan sosialisasi
a. ASI
Untuk pertumbuhan balita dan apras dengan baik zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan yaitu:
1.      Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram BB
2.      Calsium (Cl)
3.      Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada didaerah tropis, maka hal ini tidak begitu menjadi masalah
4.      Vitamin A dan K yang harus dierikan sejak postnatal
5.       Fe (Zat besi) diperlukan, karena di dalam proses kelahiran sebagian Fe ikut terbuang.
b. Gizi/Nutrisi
Anak balita dan anak pra sekolah juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi, dan jumlahnya dalam populasi besar. Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain sebagai berikut :
1· Anak balita atau prasekolah baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi kemakanan orang dewasa.
2· Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh, sehingga ibu sudah berkurang.
3· Anak balita sudah mulai main ditanah, dan sudah dapat main diluar rumahnya sendiri, sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan bebagai macam penyakit.

c.  Pertumbuhan dan perkembangan
1. Aspek Bahasa.
Menginjak tahun keempat sudah menyebutkan warna,menggambar dengan member komentar tentang gambarannya.
2.    Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah mulai berpakaian sendiri,mulai bermain dengan atuarannya sendiri.Pada tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian.
3.    Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam berfikir dan berperilaku,mulai memahami waktu. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif,memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu menurut dimensinya.
4.    Perkembangan fisik
Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi karena anak menggunakan banyak energi untuk bergerak.
               5. Psikomotor
Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor anak yang mulai terampil dalam pergerakannya (lokomotion). Mulai melatih kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.
Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti menulis, menggambar, menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu.
d.  Interaksi
Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial diluar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama berarti bersama-sama berada pada suatu tempat dengan sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu permainan interaktif.
e. Sosialisasi
Anak prasekolah senang berteman dan bersosialisasi. Hanya saja, tak semua anak nyaman dan mudah memulainya. Ada yang butuh dukungan dan stimulasi terlebih dahulu. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberi dukungan
1. Bimbing di awal
Sebagai awal, tak ada salahnya Anda melibatkan diri saat anak bermain bersama temannya.
2.‘Pemanasan’dulu 
 anak nyaman berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan baru, misalnya prasekolah, ia butuh kesempatan mengenal lingkungannya terlebih dahulu.
3. Kenalan dulu
Apabila anak akan masuk kelompok bermain atau TK di tahun ajaran baru, tak ada salahnya Anda mencari tahu siapa saja calon teman-teman sekelasnya.
                     4. Support dan reward
Tentu saja keberhasilan anak menghalau hambatan berinteraksi dengan teman perlu diberi imbalan berupa penghargaan dan pujian.
1.4  Promosi Kesehatan Pada Remaja
       Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari anak-2 menuju dewasa. Umumnya antara usia 12-18 tahun. Selain itu  merupakan  periode kematangan  seksual  yang merubah  anak secara  biologi  menjadi  dewasa  yang  memiliki  kemampuan bereproduksi. Dengan  kata  lain  merupakan  periode  transisi,  tumbuh,  kembang  dan “kesempatan”. Perkembangan  seksual  pada  remaja  (Fundamental of Nursing , Potter & Perry. 2005) :
a.Perubahan
  fisik
1) Ditandai dengan perkembangan
 payudara, bisa dimulai  paling  muda umur  8-10 th.
2) Meningkatnya
 kadar  estrogen  mempengaruhi  genitalia, antara lain: uterus membesar,  vagina  memanjang, mulai tumbuhnya  rambut pubis dan aksila, dan lubrikasi vagina baik spontan maupun akibat rangsangan.
3) Menarke  sangat bervariasi, dapat terjadi  pada  usia 8 tahun dan tidak sampai  usia 16 tahun. Siklus  menstruasi pada awalnya tidak teratur  dan  ovulasi mungkin tidak terjadi saat menstruasi pertama.
b. Perubahan  psikologis /emosi
1) Periode  ini ditandai  oleh mulainya  tanggung  jawab dan asimilasi pengharapan  masyarakat
2) Remaja dihadapkan  pada pengambilam sebuah  keputusan seksual, dengan demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat tentang  perubahan  tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, dan penyakit yang ditularkan  melalui aktivitas seksual.
3) Yang  perlu diperhatikan  terkadang  pengetahuan yang didapatkan  tidak diintegrasikan  dengan  gaya hidupnya, hal ini menyebabkan mereka percaya kalau penyakit kelamin maupun kehmilan tidak akan  terjadi  padanya, sehingga ia cenderung melakukan aktivitas seks tanpa kehati-hatian.
4) Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual, banyak dari mereka yang mengalami setidaknya satu pengalaman homoseksual. Remaja mungkin takut jika pengalaman itu merupakan gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya anggapan ini tidak benar karena banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara ketat setelah pengalaman demikian.

5) Remaja yang kemudian mengenali preferensi mereka sebagai homoseksual yang jelas akan merasa dan kebingungan sehingga membutuhkan banyak dukungan dari berbagai sumber (Bimbingan Konselor, penasihet spiritual, keluarga, maupun profesional kesehatan mental).
c. Perkembangan Psikologi dan Kognitif Selama Remaja
Sebelum bakat ini tumbuh ,anak muda mempunyai kesulitan untuk mengaplikasikan prinsip umum untuk membedakan situasi dan menilai kenyataan dan rencana untuk masa depan. Ini kontras, pemikiran operasional formal termasuk kapasitas untuk berfikir abstrak ,misalnya ide dan pemikiran. Tugas perkembangan ini adalah masa transisi dari pemikiran yang konkrit.
Masalah kesehatan pada remaja :
  1. Masalah jerawat 85% dialami remaja dan diketahui merupakan masalah kesehatan yang serius yang menyertai remaja.
  2. Rokok
  3. Penggunaan obat dan kekerasan (penggunaan obat-obat medis, perangsang, obat tidur, dan penenang)
  4. Penggunaan psikotropika
  5. Nutrisi (kekurangan nutrisi atau kegemukan)
  6. Gangguan makan (anoreksia nervosa,bulimia nervosa,fitnes dan latihan fisik)
  7. Stress (gejala fisik yang dapat mempengaruhi pada keadaan kronik atau stress yang extrem. Gejala psikologik misalnya cemas,sedih,gangguan makan,depresi,insomnia,)
  8. Pelaksanaan aktivitas seksual.
A.    Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan
Anak dan remaja membutuhkan edukasi akurat dan komprehensif tentang seksualitas untuk praktik perilaku seksual sebagai orang dewasa. Kini, eksploitasi atau risiko aktivitas seksual mungkin menjadi masalah kesehatan dan social seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual meliputi HIV/AIDS.
Strategi untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan
1.
Letakkan pendidikan seksual dalam tatanan kehidupannya
2.Menganjurkan untuk menawarkan pendidikan seksualitas dan topik tentang seks yang berhubungan issue saat ini.
3.Menyediakan pendidikan seksualitas dengan mempercayai dan mengakui pasien sebagai individu dan isu serta nilai dalam keluarga..
4.Khusus menyediakan,kepercayaan,budaya sensitif dan konseling yang tidak ternilai tentang isu penting seksualitas (konseling umum,pencegahan kehamilan tidak diinginkan,strategi pencegahan penyakit menular HIV/AIDS)
5.Menyediakan konseling yang tepat atau pencerahan-pencerahan pada anak dan remaja dengan isu khusus dan jadi perhatian (Gay, lesbian, biseksual anak muda)
6. Pelayanan ginekolgi rutin disediakan untuk remaja putri yang menjalani perilaku seksual. Skrining untuk kanker serviks dan PMS akan diberikan pada perempuan yang menjalani seksual aktif.
7.Menjadikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan seksual disekolah,institusi keagamaan,dan komunitas lainnya.
8.Bekerja sama dengan perencana masyrakat (LSM) untuk meningkatkan strategi yang menyeluruh untuk menurunkan kejadian perilaku seksual yang tidak aman dan hasil yang merugikan.
B. Kondisi Kesehatan Yang Ditampilkan Remaja
Remaja putri yang peduli sistem perawatan kesehatan biasanya melakukan skrining (pap smear dimulai pada usia 18 atau ketika sudah mulai melakukan aktivitas seksual). Masalah ginekology sering disamakan dengan mens (perdarahan yang tidak teratur atau dimenore), vaginitis atau leukorea, PMS, kontrasepsi dan kehamilan).
Kehamilan pada remaja : kehamilan pada remaja usia 16 tahun atau remaja sering diperkenalkan stress tambahan pada periode yang penuh dengan stress.
Level pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan:
1.      Primary prevention: immunisasi lanjutan (Vaksin HPV) atau pendidikan kesehatan/konseling tentang nutrisi, rokok, sexual education, alcohol, managemen stress.
2.      Secondary prevention: Screening test ; pemeriksaan payudara sendiri sejak anak mulai mendapatkan mestruasi, pap smear bagi remaja yang telah melakukan hubungan seksual aktif, tes kolesterol, pemeriksaan Hb
3.      Tertiary prevention: pendidikan pada pasien untuk menurunkan kondisi sakit dan megoptimalkan kemampuan yang dimiliki, misalnya mengoptimalkan kemampuan anak yang menderita kanker.
Masalah –masalah yang lazim terjadi pada masa remaja
1.      NARKOTIKA
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat , halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya
2.      ABORSI
Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup diluar secara mandiri ( Munajat, N.,2000). Aborsi adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja ( abortus provokatus ), yakni kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal sebagai berikut :

a. Kehilangan harga diri (82%)
b. Berteriak-teriak histeris (51 %)
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

3.      HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :
  1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
  2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian(seperti pecandu Narkoba)
  3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
  4. Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)
Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
  1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
  2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
  3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
  4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
  5. Dimensia/HIV ensefalopati
Cara mencegah AIDS :
  1. Tidak berganti-ganti pasangan seksual
  2. Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik yang diulang
  3. Dengan formula A-B-C
ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah
  1. BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja
  2. CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan alat.
Orang Tua
  1. Harus dapat memberikan pendidikan agama dan moral yang baik bagi anak-anaknya.
  2. Harus mampu memberikan informasi yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja
  3. Dapat memberikan kesempatan bagi anak-anaknya untuk mengeluarkan pendapat dan bukan hanya menuntut anak-anaknya untuk menuruti keinginan mereka
Pendidikan kesehatan bagi anak dan remaja perempuan :
  1. Pada usia sekolah dini, anak harus diberikan informasi untuk berhati-hati terhadap potensi adanya penganiayaan seksual. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pelecehan seksual terhadap anak antara lain:
  2. Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan antara sentuhan yang baik dengan sentuhan
    yang buruk dari orang dewasa.
  3. Beritahu anak mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh disentuh oleh orang dewasa kecuali saat mandi atau pemeriksaan fisik oleh dokter.
  4. Ajarkan kepada anak untuk mengatakan ’tidak’ jika merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang dewasa dan menceritakan kejadian itu kepada orang dewasa yang meraka percaya.
  5. Ajarkan bahwa orang dewasa tidak selalu ’benar’, dan semua orang mempunyai kontrol terhadap tubuh mereka, sehingga ia dapat memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk memeluknya.
  6. Jika terjadi pelecehan seksual pada anak, beberapa hal yang perlu diperhatikan:
    - Ciptakan kondisi sehingga anak merasa leluasa dalam menceritakan tentang bagian tubuhnya dan menggambarkan kejadian dengan akurat.
  7. Yakinkan anak bahwa orang dewasa yang melakukannya adalah salah, sedangkan anaknya sendiri adalah benar.
    - Orang tua harus bisa mengkontrol ekspresi emosional didepan anak (Perry & potter, 2005)
Pada usia remaja, informasi faktual tentang seksual dan aktivitas seksual sangat penting tetapi lebih penting dengan bimbingan tentang penilaian diri atau sistem kepercayaan untuk digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengambil keputusan. Lingkup kesehatan keluarga merupakan bagian yang paling baik untuk memberikan pendidikan kepada anak dan remaja. Orangtua perlu memahami pentingnya pemebrian informasi, berbagai nilai yang dianut dalam keluarga, dan meningkatkan kemampuan untuk membuat keputusan. Remaja akan membuat keputusan utnuk dirinya sendiri dan harus bertanggung jawab terhadap keputusannya (Gilles, 1998) Pada masa ini remaja mungkin pertama kali mencari perawatan kesehatan tanpa didampingi orangtua. Agar intervensi pada kelompok usia ini bisa efektif harus diperhatikan beberapa hal antara lain:
  1. Ciptakan lingkungan yang menunjukan kasih sayang, saling percaya, serta kesediaan untuk mendengar
  2. Klarifikasi dan hormati masalah yang bersifat rahasia
  3. Perawat kesehatan reproduktif hendaknya memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai perkembangan remaja.


BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan

            Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu; Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Upaya promosi kesehatan merupakan tanggung jawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan.
Beberapa peran bidan dalam promosi kesehatan pada bayi diantaranya :
1. Dalam Pemberian ASI
2. Mempromosikan vaksinasi
3. Perawatan tali pusat
Beberapa peran bidan dalam promosi kesehatan pada anak diantaranya :
 1. ASI
 2. Gizi /nutrisi
3. Pertumbuhan 
4. Perkembangan,
5. Interaksi
6. Sosialisasi
Beberapa peran bidan dalam promosi kesehatan pada remaja diantaranya:
1.    Perubahan Fisik
2.    Perubahan Emosi / psikologis
3.    Perkembangan psikologi dan kognitif  selama remaja
4.     
B.   Saran
        Perlu disadari bahwa upaya promosi kesehatan dalam praktek kebidanan merupakan tanggungjawab kita bersama. Kesamaan pengertian, efektifitas kerjasama dan sinergi antara aparat kesehatan pusat, provinsi, kabupaten/kota dan semua pihak dari semua komponen bangsa adalah sangat penting dalam rangka mencapai visi, tujuan dan sasaran promosi kesehatan dalam praktek kebidanan secara nasional. Semuanya itu adalah dalam rangka menuju Indonesia Sehat, yaitu Indonesia yang penduduknya hidup dalam perilaku dan budaya sehat, dalam lingkungan yang bersih dan kondusif dan mempunyai akses untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu,sehingga dapat hidup sejahtera dan produktif.














DAFTAR PUSTAKA
Mubaraq,Wahit Iqbal.2011.Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.

http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/10/22/promosi-kesehatan-bidan-pada-bayi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Bayi dilihat tanggal 18 April 2011
http://www.scribd.com/doc/76097317/PROMKES
http://bidanapril.wordpress.com/2009/10/23/promosi-kesehatan-pada-remaja/






































































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar