Minggu, 05 Mei 2013

Intoleransi laktosa


BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam susu dan produk susu lainnya terkandung komponen gula atau karbohidrat yang dikenal dengan laktosa (gula susu). Pada keadaan normal tubuh dapat memecah laktosa menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim lactase. Berbeda dengan sebagian besar mammalian yang tidak lagi memproduksi lactase sejak masa penyapihan, pada manusia lactase terus diproduksi sepanjang hidupnya. Tanpa lactase yang cukup manusia tidak dapat atau tidak mampu mencerna laktosa sehingga akan mengalami gangguan pencernaan seperti sakit perut dan diare yang dikenal sebagai intoleransi laktosa atau defisiensi lactase.
            Bisa dikatakan hampir setiap orang pernah mengkonsumsi susu atau produk susu. Sejak dari masa bayi hingga dewasa dan usia lanjut, orang terbiasa mengkonsumsi susu atau produk susu. Saat usia bayi sampai usia balita adalah saat dimana konsumsi susu sangat diperlukan karena nilai gizi yang dikandung susu. Namun  pemberian susu formula kepada bayi hanya dilakukan bila susu formula memang benar-benar dibutuhkan untuk mengatasi keadaan dimana bayi tidak bisa mendapat ASI karena berbagai sebab dan pertimbangan. Air Susu Ibu (ASI) tetap merupakan makanan terbaik untuk bayi karena selain memberikan unsure gizi yang dibutuhkan, ASI mengandung komponen yang sangat spesifik, dan telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung antibody (zat kekebalan tubuh) yang merupakan perlindungan alami bagi bayi baru lahir. Menurut WHO, 98% wanita mempunyai kemampuan fisiologis untuk menyusui, jadi hanya 2% saja yang tidak dapat menyusui dengan alasan kemampuan fisiologis.


BAB II
ISI
Intoleransi laktosa atau yang lebih dikenal sebagai alergi laktosa, adalah ketidakmampuan untuk mencerna dan menyerap laktosa (gula susu), yang menyebabkan gejala gastrointestinal ketika susu atau produk yang mengandung susu tersebut dikonsumsi.
Batas toleransi laktosa tidak sama dengan alergi susu, yang merupakan reaksi tubuh terhadap protein susu. Laktosa adalah gula besar terdidi dari 2 gula yang lebih kecil., glukosa dan galaktosa. Agar laktosa dapat diserap usus dan masuk ke dalam tubuh, harus dipecah terlebih dahulu menjadi glukosa dan galaktosa. Glukosa dan galaktosa kemudian diserap oleh sel-sel yang melapisi usus kecil. Enzim yang memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa disebut lactase, yang terletak pada permukaan sel-sel yang melapisi usus kecil.

Penyebab intoleransi laktosa adalah karena penurunan atau tidak adanya aktifitas lactase yang mencegah pemecahan laktosa (defisiensi lactase). Defisiensi lactase dapat terjadi karena 3 hal yaitu :
1.      Bawaan sejak lahir
Ini sangat jarang terjadi. Apabila ini terjadi pada bayi, maka bayi harus betul-betul diberi makanan pengganti yang bebas laktosa.



2.      Efek penyakit lain
Penyebab lain defisiensi laktase adalah defisiensi lactase sekunder. Jenis defisiensi ini disebabkan penyakit yang merusak lapisan usus kecil bersama dengan lactase. Contohnya adalah penyakit sariawan celiac.
3.      Factor usia
Penyebab paling umum defisiensi lactase adalah penurunan jumlah lactase yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan berlanjut ke masa dewasa, disebut sebagai jenis hipolaktasia dewasa, dan hal ini terjadi secara genetic.
            Factor lain penyebab intoleransi laktosa yaitu :
1.      Gastroenteritis
Dapat menyebabkan terjadinya penguraian enzim lactase yang dapat berlangsung sampai beberapa minggu.
2.      Infeksi parasit
Dapat menyebabkan pengurangan jumlah lactase sementara waktu.
3.      Defisiensi besi
Rendahnya asupan gizi dapat mengganggu pencernaan dan penyerapan laktosa.
Penting untuk menekankan bahwa defisiensi lactase tidak sama seperti intoleransi laktosa. Orang dengan defisiensi lactase yang lebih ringan sering tidak menunjukkan gejala setelah mengkonsumsi susu. Untuk alasan yang tidak jelas seorang dengan defisiensi lactase sedang, tidak memiliki gejala. Diagnose defisiensi dibuat saat jumlah lactase dalam usus berkurang, tetapi diagnosis intoleransi laktosa dibuat hanya apabila penurunan jumlah lactase menyebabkan timbulnya gejala-gejala  .

Gejala-gejala alergi laktosa.
Laktosa yang tidak tercerna akan menumpuk di usus besar dan terfermentasi, menyebabkan gangguan pada usus seperti nyeri perut, kram, kembung dan ber-gas, serta diare, sekitar setengah jam sampai 2 jam setelah mengkonsumsi produk laktosa. Gejala-gejala ini terkadang disalah artikan sebagai gangguan saluran pencernaan. Tingkat keparahan gejala-gejala tersebut tergantung pada seberapa banyak laktosa yang dapat ditoleransi oleh masing-masing tubuh. Gejala-gejala ini mirip dengan reaksi alergi susu namun pada kasus alergi, gejala-gejala ini timbul lebih cepat kadang kala hanya dalam hitungan menit.
Jika seseorang yang menderita defisiensi lactase dan tidak menghindari produk-produk yang mengandung laktosa lama kelamaan orang tersebut dapat kehilangan berat badan dan menderita mal nutrisi.

Cara merawat dan mencegah intoleransi laktosa selama kehamilan
1.      Makan atau minum produk susu dalam porsi kecil namun sering.
Misalnya, cobalah hanya minum segelas susu atau makan irisan tipis keju atau seperempat cangkir keju parut pada satu waktu.
2.      Laktosa lebih mudah dicerna bila dicampur dengan makanan lain, khususnya makan tinggi serat seperti gandum atau sereal.
3.      Penuhi kebutuhan kalsium dengan mengkonsumsi yougurt atau buttermilk. Terdapat kultur aktif dalam yougurt yang disebut acidophilus. Acidophilus mampu membantu memecah laktosa.
4.      Carilah susu bebas laktosa yang diperkaya kalsium di supermarket.
5.      Produk susu yang lebih dekat hubungannya dengan susu berpotensi lebih besar menyebabkan intoleransi laktosa.
6.      Baca label makanan dengan hati-hati. Hanya beli produk bebas laktosa dan bebas susu.
7.      Dapatkan asupan kalsium dari non-susu. Jus yang diperkaya dengan kalsium, salmon, sarden, tahu, brokoli serta susu kedelai yang dipercaya kalsium adalah beberapa contoh diantaranya.
8.      Susu merupakan sumber utama vitamin D. Saat mengalami intoleransi laktosa, anda perlu mencoba metode lain untuk mendapatkan vitamin D. Seperti berjemur di bawah sinar matahari padi pagi hari. Jika diperlukan konsumsi suplemen yang mengandung vitamin D, makan sereal dan roti, serta minum susu kedelai atau jus yang diperkaya dengan vitamin D.
9.      Konsumsi lactase dalam bentuk pil setiap kali anda makan atau minum produk susu. Konsultasikan dengan dokter mengenai dosis yang diperbolehkan.
10.  Berkonsultasi dengan dokter mengenai suplemen kalsium yang aman dikonsumsi saat kehamilan.

Metode diagnosis
            Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosa intoleransi laktosa, antara lain :
·         Hydrogen breath test
Merupakan pengujian terhadap jumlah gas hydrogen yang ditiupkan keluar melalui pernafasan. Laktosa, yang seharusnya dicerna oleh lactase, mengalami fermentasi oleh bakteri di saluran pencernaan, sehingga akan menyebabkan produksi gas hydrogen lebih banyak dari keadaan normal.
·         Elimination diet
Merupakan diagnosa dengan cara meniadakan konsumsi makanan yang mengandung laktosa untuk malihat perbaikan gejala. Jika gejala muncul kembali ketika makanan yang mengandung laktoosa diberikan lagi, hamper bisa dipastikan penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa.
Penanganan intoleransi laktosa
            Banyak orang yang mengalami intoleransi laktosa mengatasinya dengan pembatasan konsumsi laktosa, seperti hanya minum segelas susu. Bagi mereka yang mengalami intoleransi laktosa, beberapa anjuran berikut ini mungkin dapat membantu :
1.      Baca label pangan dengan seksama
Bagi penderita intoleransi laktosa agar terhindar dari hal – hal yang tidak diinginkan, penting untuk membaca label pangan dengan seksama pada bagian daftar bahan pangan. Produk pangan perlu dihindari/dibatasi jumlah yang dikonsumsi, jika mengandung bahan-bahan seperti berikut ini misalnya padatan susu, padatan susu bebas lemak, gula susu.
2.      Mengkonsumsi produk susu fermentasi seperti keju matang, mentega atau yoghurt, karena umumnya jenis makanan ini ditoleransi lebih baik dibandingkan susu.
3.      Minum susu yang mengandung banyak lemak susu, karena lemak dapat memperlambat transportasi susu ndalam saluran pencernaan sehingga dapat menyediakan  waktu yang cukup untuk enzim lactase memecah gula susu.
4.      Hindari menkonsumsi susu rendah / bebas lemak oleh karena susu lebih cepat dityransportasi dalam usus besar dan cenderung menimbulkan gejala pada penderita intoleransi laktosa. Disamping itu, beberapa produk susu rendah lemak juga mengandung serbuk susu skim yang mnegandung laktosa dalam dosis tinggi.
5.      Jangan menghindari semua produk susu oleh karena nilai gizi susu pada dasarnya sangat dibutuhkan tubuh .
6.      Mengkonsumsi susu dengan laktosa yang  telah diuraikan (susu bebas laktosa)
7.      Minum susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Banyak penderita intoleransi laktosa dapat meminun 240 ml susu per hari, tetapi [erlu untuk mengamati seberapa besar tingkatan toleransi tubuh sendiri terhadap laktosa. Banak penderita toleran terhadap jumlah laktosa yang terdapa dalam setengah cangkir susu full cream, tiga per empat cangkir es cream, tiga per empat cangkir yoghurt, tiga per empat cangkir keju mentah
8.      Konsumsi produk susu yang diolah dengan proses pemanasan (seperti susu bubuk), karena pada pemanasan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga produk seperti ini akan ditoleransi lebih baik.
9.      Konsumsi produk kedelai karena produk kedelai bebas laktosa dan merupakan sumber kalsium yang bagus dan baik untuk menggantikan susu dan produk susu lainnya.















BAB lll
PENUTUP
Kesimpulan :
·         Laktosa adalah gula susu yang dipecah oleh enzim lactase, suatu enzim pencernaan yang terdapat dalm usus halus.
·         Intoleransi laktosa adalah berkurangnya kemampuan untuk mencerna laktosa, yang disebabkan oleh kekurangan enzim lactase.
·         Gejala-gejala intoleransi laktosa meli[uti antara lain : perut kembung, sakit perut dan diare.
·         Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat intoleransi laktosa, dapaat dilakukan berbagai hal seperti membaca label pangan dengan seksama, pembatasan jumlah susu yang dikonsumsi dan pemilihan produk susu.










DAFTAR  PUSTAKA
Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI
Schwarts WM. 2005. Pedoman Klinik Pediatri. Jakarta: EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar